PESAN TERSIRAT DARI KAIN IHRAM YANG TAK BERJAHIT
Dipublikasikan: 10 Jun 2025
PESAN TERSIRAT DARI KAIN IHRAM YANG TAK BERJAHIT
Dipublikasikan: 10 Jun 2025
Saat seorang Muslim memulai perjalanan suci haji atau umrah, ia melepaskan pakaian duniawinya dan mengenakan dua lembar kain putih yang tidak berjahit — kain ihram. Sederhana, polos, namun penuh makna.
1. Simbol Kesetaraan
Kain ihram menyamarkan status sosial. Tak peduli apakah seseorang seorang raja atau rakyat biasa, kaya atau miskin — semua mengenakan kain yang sama. Di hadapan Allah, yang membedakan hanya satu: ketakwaan.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
2. Lepas dari Dunia, Kembali pada Fitrah
Tak ada jahitan, tak ada mode, tak ada kebanggaan dunia. Ihram mengajarkan kita untuk melepaskan ego, harta, dan identitas duniawi. Hanya ada seorang hamba, datang bersimpuh di hadapan Rabb-nya, tulus dan rendah hati.
3. Pengingat Kematian
Kain ihram mirip kain kafan. Ini bukan kebetulan. Ia adalah pengingat halus namun kuat bahwa suatu saat kita akan kembali pada Allah, tanpa membawa apapun kecuali amal.
4. Latihan Menahan Diri
Larangan berpakaian berjahit (bagi laki-laki) bukan soal bentuk fisik semata, tapi latihan pengendalian diri. Saat dalam keadaan ihram, seorang Muslim dilarang marah, menyakiti makhluk hidup, hingga memotong kuku — semuanya untuk melatih hati dan jiwa agar lebih lembut dan sabar.
5. Lambang Persatuan Umat
Di tengah jutaan manusia dari berbagai bangsa dan bahasa, kain ihram menjadi simbol persaudaraan. Kita berbeda, tapi tujuan kita satu: mencari ridha Allah.
Kain ihram bukan sekadar pakaian. Ia adalah pelajaran hidup. Tentang kesederhanaan, kesetaraan, dan kefanaan. Tentang menjadi hamba, bukan manusia yang sombong akan dunia.
Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk mengenakan kain ini, bukan hanya sebagai pakaian, tapi juga sebagai bekal perubahan diri menuju takwa.